Mencoba menghidupkan kembali
makanan tradisional asli Indonesia dan prihatin melihat kuliner asing
seperti burger, kebab, atau crepes lebih diminati masyarakat mendorong
Aling melahirkan “Leker Klenger”. Bila kuliner tradisional ini tidak
dilestarikan, bukan tidak mungkin anak cucu kita kelak tidak tahu adanya
jenis makanan asli Indonesia ini.
Leker merupakan makanan tradisional
yang sering disajikan orang Indonesia dulu kepada penjajah Belanda.
Nama "Leker" sendiri muncul ketika orang Belanda ingin menggambarkan
rasa enak dari kue ini. Makanan ringan ini dulu juga sering dijajakan di
depan sekolah, tetapi akhirnya mulai hilang dan berganti dengan makanan
seperti burger, tempura, atau makanan lainnya yang lebih modern.
Belakangan "Leker Klenger" mulai
menyadarkan para pelaku bisnis kuliner untuk memulai sebuah usaha yang
bukan saja untuk faktor ekonomi semata, tapi juga sebuah usaha untuk
pelestarian cita rasa asli Indonesia. Dengan maraknya kampanye "100%
INDONESIA" yang sedang digalakkan oleh pemerintah, "Leker Klenger"
seperti ingin ambil bagian juga dalam bidang kuliner.
Aling pun sadar akan harus adanya
modifikasian bentuk makanan tradisional ini agar dapat diterima kembali.
Ia pun membuat kue leker ini lebih besar dari biasanya. Bayangkan saja
jika biasanya kue leker dibuat dengan diameter sekitar 10 cm saja,
"Leker Klenger" membuatnya dengan besar diameter 35 cm. "Klenger"
sendiri diambil dari bahasa Jawa yang diartikan makan sampai
kekenyangan. Seakan-akan seperti hendak menggeser paradigma kue leker
sebagai makanan ringan, menjadi sebuah makanan yang mengenyangkan untuk
menyaingi superioritas burger, piza, crepes, atau kebab sebagai makanan
pengganti nasi.
Belum lagi dari segi rasa yang
beragam. Bila kue leker identik dengan rasa manis buah pisang dan
cokelat, maka lain halnya dengan "Leker Klenger" yang menyajikan
beraneka rasa manis lainnya seperti strawberry, vanila, durian,
blueberry, dan kopi. Sajian leker modern seperti leker chillie dog,
kornet, pizza, serta saus bolognaise juga disajikan bagi yang ingin
menikmati kue leker tapi tidak suka pada makanan berasa manis.
Dari segi pengembangan bisnis,
"Leker Klenger" juga patut diacungi jempol. Aling merasa sia-sia jika
kampanye makanan tradisionalnya hanya berada di satu tempat. Ia pun
mengemas usahanya dengan bentuk waralaba dan merancangnya menjadi sebuah
bentukan fast food yang sehat. Dengan tidak ingin membebankan calon
mitra dengan modal besar, "Leker Klenger" hendak membantu para
wirausahawan pemula untuk menumbuhkan kecintaan terhadap produk asli
Indonesia dengan modal bisnis sekitar Rp 5 juta saja. Saat ini "Leker
Klenger" dapat dijumpai dibanyak tempat. (bn)
Sumber : http://www.ciputraentrepreneurship.com/perusahaan-a-merek/nasional/merek/23720-leker-klenger-bisnis-makanan-tradisional-indonesia.html
|
0 komentar:
Posting Komentar